Selasa, 17 Mei 2011

PERKAWINAN PADA KUDA

Kuda merupakan hewan yang bersifat nomadik dan bersemangat tinggi. Dalam keadaan liar efisiensi reproduksi kuda dapat mencapai 90 % atau lebih tetapi dalam kondisi domestic dengan adanya campur tangan manusia tingkat efisiensi reproduksinya sangat menurun. Hal itu disebabkan oleh kurangnya kesempatan latihan fisik, penyakit serta manajemen pemeliharaan yang belum baik.
Seekor kuda betina dara akan mencapai pubertas pada umur 12 sampai 15 bulan, tetapi lebih baik dikawinkan setelah mencapai umur 2 tahun karena kuda betina yang dikawinkan pada umur yang muda tingkat kebuntingannya rendah. Siklus estrus seekor kuda betina rata-rata 21 hari dengan kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari. Periode birahinya rata-rata 4 sampai 6 hari. Tanda-tanda birahi kuda meliputi gelisah, ingin ditemani kuda lain, urinasi berulang kali serta pembengkakan dan pergerakan vulva.
Saat kawin ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode estrus. Telur yang dihasilkan dapat hidup selama 6 jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup sekitar 30 jam dalam saluran reproduksi betina. Rata-rata masa kebuntingan kuda 335 hari dengan kisaran 315 sampai 350 hari.
Pemeriksaan kebuntingan dapat dilakukan dengan melakukan palpasi rectal sekitar 60 hari setelah kawin. Tanda-tanda awal kelahiran berupa membesarnya ambing, otot-otot vulva berelaksasi, ligamentum pelvis berelaksasi, menjauhi kuda lain (menyendiri ), gelisah.

Sistem Reproduksi kuda
Perilaku kawin kuda sangat berbeda dari hewan lain. Kuda bertanggung jawab atas segalah sesuatu dalam reproduksi, termasuk periode kehamilan, laktasi, kelahiran dan siklus estrus. Kuda memiliki dua ovarium dari 7-8 cm panjangnya. Seorang peternak kuda harus mengetahui siklus reproduksi ternak kudanya.
Kuda betina dan kuda jantan pasangan satu sama lain pada waktu tertentu dan kesempatan. Perilaku perkawinan kuda menunjukkan bahwa mereka tidak biasanya pasangan dalam lingkungan sosial. Kuda-kuda membutuhkan banyak ruang terbuka untuk pasangan.
Perkembangbiakan kuda sangat berbeda dari perkawinan mereka. Persis seperti anjing, ketika kuda yang dibesarkan, maka pasangan dipilih dengan sangat hati-hati. Selain itu, pasangan ini dipilih dengan melihat kualitas dan sifat bahwa kuda telah.
Sifat-sifat kuda dalam kombinasi dari sifat-sifat kuda betina itu adalah apa yang membuat pasangan ideal untuk terjadi. Dalam lingkungan alam, kuda bisa kawin dengan mudah. Dalam penangkaran, mungkin diperlukan waktu beberapa hari untuk satu pasang kuda untuk kawin. Karena lingkungan yang terkendali, menjadi lebih sulit bagi kuda-kuda untuk kawin. Namun, salah satu ciri klasik dari hewan kuda adalah bahwa ketika diperbolehkan untuk kawin pada mereka sendiri, mereka tidak salib berkembang biak. Ada beberapa jenis kuda dan berbagai macam warna di dalamnya. Hanya kuda pasangan dalam keturunan mereka. Ini juga bisa menjadi salah satu alasan untuk ragu dalam pemeliharaan dengan breeds lainnya. Kuda adalah binatang sulit untuk mengelola.
Gambar Kuda Sedang Melakukan Proses Perkawinan

Manajemen Reproduksi pada Kuda
Keberhasilan reproduksi pada kuda merupakan hal yang patut diperhatikan oleh pemilik kuda, tanpa adanya reproduksi, mustahil produksi ternak kuda dapat diharapkan mencapai maksimal. Oleh karena itu, menejemen infertilitas pada ternak kuda merupakan bagian yang amat penting dalam suatu usaha peternakan kuda. Agar dapat diperoleh efisiensi reproduksi yang baik, sehingga produksi ternak kuda dapat dicapai setinggi-tingginya, diperlukan menejemen infertilitas kuda yang baik.
Dengan produktivitas kuda yang tinggi, keuntungan diharapkan dapat diperoleh oleh peternak dalam jumlah yang memadai. Walaupun negara-negara yang sudah maju teknik peternakannya, kadang-kadang kegagalan menejemen pengelolaan reproduksi masih juga dialami oleh peternak, sehingga mereka sering menderita kerugian yang cukup besar. Kerugian ini adalah sebagai akibat langsung dari kesalahan dalam pengelolaan reproduksi, karena kesalahan pengelolaan reproduksi dapat mendorong terjadinya penurunan kesuburan pada ternak kuda yang bersangkutan.
Dalam pengelolaan reproduksi ternak kuda yang baik, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang besar, banyak faktor produksi yang harus mendapat perhatian.
Faktor menejemen pengelolaan itu meliputi :
a. Pemberian pakan yang berkualitas baik dan cukup.
b. Lingkungan serasi yang mendukung perkembangan kuda.
c. Tidak menderita penyakit khususnya penyakit menular kelamin.
d. Tidak menderita kelainan anatomi alat kelamin yang bersifat menurun,
baik sifat yang berasal dari induknya maupun berasal dari pejantannya.
e. Tidak menderita gangguan keseimbangan hormon khususnya hormone
reproduksi,sehingga cukup kadarnya di dalam darah.
f. Sanitasi kandang yang baik.
Tujuan dari menejemen infertilitas yang baik pada ternak kuda, adalah untuk memperoleh produksi ternak kuda yang sebanyak-banyaknya sehingga diperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya bagi pemilik ternak kuda. Produksi yang secara langsung dapat dinikmati peternak adalah benyaknya kuda yang lahir dan kualitas kuda yang baik dan berkualitas. Demikian pula biaya pemeliharaan, biaya pengobatan gangguan reproduksi, dan biaya operasional IB dapat ditekan serendah-rendahnya.
Oleh karena itu, perlu kiranya dibuat suatu menejemen kesehatan reproduksi pada suatu peternakan kuda. Dengan harapan, program kesehatan reproduksi yang efektif dapat menghasilkan efisiensi reproduksi yang lebih baik sehingga lebih meningkatkan pendapatan peternak yang berlipat daripada sebelumnya.
Suatu kenyataan yang memprihatinkan adalah, suatu kasus kemajiran sering terjadi sebagai akibat kesalahan manusia, apakah itu karena peternak pemiliknya mencoba mengadakan pertolongan tanpa pengetahuan yang memadai atau oleh kecerobohan petugas peternakan dalam melaksanakan program kesehatan reproduksi pada ternak induk, karena kerja yang kurang profesional. Dalam menanggulangi suatu kasus gangguan reproduksi pada ternak khususnya pada sapi perah, usaha yang perlu digalakkan adalah melaksanakan program kesehatan reproduksi
Dalam program kesehatan reproduksi, kegiatan yang dilakukan yaitu antara lain :
1. Meningkatkan keterampilan dan kesadaran beternak bagi para peternak antara lain adalah dengan cara memberikan penyuluhan yang intensif tentang teknik peternakan pada kelompok-kelompok peternak, memberi latihan dan pendidikan secara bertahap tentang pencegahan atau teknik penanggulangan gangguan reproduksi secara dini, yang diberikan secara tidak terlalu mendalam, Meningkatkan kesadaran peternak dengan memberi contoh di lapangan, bahwa daya reproduksi yang baik tanpa ada kasus, kemajiran dapat meningkatkan efisiensi reproduksi.
Selanjutnya akan meningkatkan produktivitas ternak mereka, berarti memberi keuntungan dan pendapatan yang lebih tinggi. Semua ini tergantung pada kemampuan peternak akan hasil latihan dan pendidikan yang telah diperoleh seperti siklus birahi, gejala birahi, deteksi birahi, ransum pakan, cara pertolongan kelahiran, praktek beternak yang baik, program vaksinasi, penanganan anakan kuda, pengelolaan kuda dara, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan secara tetap tiap bulan pada ternak kuda betina oleh petugas kesehatan reproduksi. Pemeriksaan itu meliputi pemeriksaan melalui eksplorasi rektal, pengobatan pada tiap induk yang menderita gangguan reproduksi, dan lain-lain. Hasilnya dicatat, misalnya adanya siklus birahi yang abnormal, keluarnya kotoran dari alat kelamin, kuda induk yang bunting dari hasil pemeriksaan, induk kuda yang sudah tiga kali di kawinkan atau di IB tidak menjadi bunting, dan lain-lain. Selain data reproduksi yang dicatat, sekurang-kurangnya dua kali setahun “anakan kuda” atau kuda dara harus diukur kecepatan pertumbuhan badannya, tinggi badan, berat badan, dibandingkan dengan nilai baku yang normal untuk masing-masing pengukuran. Disamping itu dicatat pula data tentang prestasi reproduksi, seperti jarak antar melahirkan, waktu antara melahirkan sampai bunting kembali, jumlah perkawinan untuk satu kebuntingan, angka kebuntingan, prosentase induk yang birahi setelah 60 hari melahirkan, dan rata-rata umur kuda dara yang bunting.
3. Penilaian terhadap prestasi reproduksi induk. Dalam kegiatan ini petugas mengadakan evaluasi tentang data reproduksi yang telah diperoleh, dan dipakai untuk menentukan baik tidaknya efisiensi reproduksi pada kelompok ternak tersebut. Berdasar evaluasi data yang diperoleh, ditentukan perubahan-perubahan pengelolaan reproduksi yang mungkin terjadi pada ternak tersebut.
4. Pelaksanaan perubahan pengelolaan reproduksi menuju keuntungan yang lebih baik. Dalam pengelolaan yang baru pada ternak, perbaikan didasarkan kepada adanya persoalan yang dihadapi kelompok ternak, yang terdiri dari:
a. Ransum pakan induk yang sedang laktasi atau menyusui anak.
Ransum yang diberikan pada induk kuda dipakai selain untuk proses reproduksi seperti untuk memelihara kebuntingan juga untuk laktasi dan pertumbuhan badan. Oleh karena itu, induk yang sedang bunting dan laktasi akan membutuhkan ransum yang lebih banyak daripada ransum untuk induk yang sedang laktasi, sedangkan induk yang sedang laktasi akan membutuhkan ransum yang lebih banyak daripada kuda betina yang sedang tumbuh. Ransum yang kekurangan energi (karbohidrat) dapat menimbulkan penurunan kesuburan dan gangguan reproduksi. Kekurangan pakan dalam jangka waktu lama pada kuda dara dapat menghambat timbulnya dewasa kelamin, sedangkan pada kuda induk dapat menyebabkan siklus birahi yang tidak normal dan anestrus karena terjadinya atropi ovarium.
Sama halnya dengan kekurangan pakan, pemberian pakan yang berlebihan dalam waktu yang lama sehingga menimbulkan kegemukan (obesitas), juga dapat mengakibatkan penurunan kesuburan pada induk kuda tersebut sampai kepada kemajiran. Bagi induk yang sedang bereproduksi dibutuhkan ransum yang berimbang agar kesuburannya tetap terjaga baik. Ransum yang berimbang artinya mengandung energi, protein, vitamin, dan mineral yang cukup dan keseimbangan yang baik. Dibutuhkan kadar protein 17%-18% dalam ransum untuk induk kuda yang sedang laktasi. Sumber energi dapat dicukupi dari hijauan makanan ternak yang memadai. “anakan kuda” dengan ransum hijauan makanan ternak yang cukup dan 1 kg biji-bijian dapat mencapai pubertas pada umur 15 bulan. Pada ternak kuda, Vitamin-vitamin yang dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan siklus reproduksi sangat penting agar terhindar dari infertilitas.
Vitamin-vitamin ini dapat ditambahkan melalui pakan, misalnya vitamin A,D,E, K, B dan lain-lain. Mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh seperti Calcium (Ca) dan Posfor (P). Kadar Ca dibutuhkan sedikit lebih banyak dari P di dalam ransum. Jika sebaliknya yaitu kadar P lebih banyak dari Ca, dapat mengganggu proses reproduksi seperti metritis atau retensi plasenta. Kebutuhan mineral jarang (trace element) seperti cobalt, selenium, indium, ferrum, cuper, mangan, sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses reproduksi. Bagi suatu daerah yang tanahnya kekurangan mineral jarang, rumput yang dihasilkan juga langka mineral, sehingga induk hewan harus disediakan mineral jarang ini dalam ransum Pada akhir-akhir ini pemberian mineral jarang, diberikan dalam bentuk balok mineral yang dapat dijilat oleh induk kuda jika kekurangan dalam tubuhnya.
b. Kondisi lingkungan yang kurang serasi.
Kuda import yang ada di Indonesia, misalnya, lingkungannya disesuaikan dengan asalnya, harus hidup di udara yang dingin sehingga proses reproduksi dapat berjalan normal. Sebaliknya, kuda yang ada di Indonesia pengaruh suhu lingkungan tidak terlalu mempengaruhi daya reproduksi. Di daerah tropis dimana suhu udaranya panas sepanjang tahun, produktivitas dan daya reproduksi kuda sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan khususnya suhu udara. Hasil penelitian Thatcher (1986) pada kuda memberikan informasi tentang pengaruh suhu udara yang tinggi terhadap prestasi reproduksi.
Thatcher melaporkan bahwa sesungguhnya induk kuda yang sedang laktasi, sangat sensitif terhadap pengaruh suhu udara yang panas. Selama musim panas angka kebuntingan akan menurun pada induk kuda yang dipelihara di luar kandang. Udara yang terlalu panas setelah inseminasi buatan dapat menghambat proses pembuahan sel telur, atau bila pembuahan dapat terjadi, dapat disusul dengan kematian embrio dini. Keadaan ini ada hubungannya dengan suhu uterus yang meningkat karena udara di luar yang panas sehingga akhirnya dapat mempengaruhi sel telur atau embrio dan menurunkan angka pembuahan.
Suhu udara yang panas juga dapat meningkatkan jumlah kasus birahi tenang atau birahi yang tidak dapat dideteksi pada induk kuda. Penelitian dengan mengukur hormon reproduksi, menunjukkan bahwa induk yang sedang laktasi dihadapkan pada suhu udara yang panas dapat mengganggu siklus birahi. Suhu yang panas juga dapat menyebabkan penurunan kadar hormon reproduksi seperti FSH dan LH, selain itu juga dapat menyebabkan penurunan volume dari yang mengalir ke alat reproduksi, sehingga menyebabkan perubahan lingkungan uterus yang lebih panas dan menambah kemungkinan kematian embrio.
Menurut peneliti ini, suhu yang panas dapat menurunkan best lahir anakan kuda” dan best plasentanya disamping memperpanjang involusi uteri dan menurunkan aktivitas ovarium dari induk pasca melahirkan. Usaha menanggulangi suhu yang tinggi khususnya pada peternakan kuda yang berada di dataran rendah dapat dilakukan dengan menanam pohon pelindung di sekitar kandang dan di lapangan penggembalaan. Harus dihindari adanya sinar matahari langsung pada tubuh induk kuda. Kandang agar dibuat sedemikian rupa, sehingga adanya ventilasi menyebabkan pergerakan angin dapat terjadi dengan leluasa dalam kandang, tetapi tidak langsung mengenai tubuh kuda. Dinding kandang tidak mengarah ke timur dan barat, tetapi mengarah ke utara dan selatan. Atap kandang dibuat dari bahan yang tidak menyerap panas.
Bila atap terbuat dari bahan metal, pada permukaan bawah atap sebaiknya dicat warna hitam agar panas sinar matahari dapat diserap dengan baik. Induk kuda lebih sering disiram dengan air, khususnya bila udara terlalu panas, untuk menurunkan suhu tubuh. Induk kuda yang ditempatkan di kandang yang didinginkan suhunya, dapat meningkatkan produksi susu dan daya reproduksi dapat lebih baik. Penanggulangan suhu udara yang tinggi ini juga berlaku untuk ternak-ternak yang lain.
c. Deteksi birahi kurang baik.
Seperti telah diketahui, tanda-tanda birahi pada ternak khususnya pada induk kuda adalah adanya kemerahan, kebengkakan dan alat kelamin luar yang hangat, disertai lendir yang kental dan bersih yang menggantung keluar dari alat kelamin, dan diikuti dengan tingkah laku homoseks dan suara berisik pada betina tersebut. Namun kadang-kadang tanda-tanda birahi ini tidak dapat dilihat dengan jelas, bahkan tidak tampak sama sekali. Bila kuda induk selalu ada dalam kandang maka dapat digolongkan sebagai kuda induk yang menderita birahi tenang. Birahi tenang ditandai adanya ovulasi pada ovarium, tanpa diikuti oleh gejala birahi secara klinis yang jelas.
Deteksi birahi yang hanya dilakukan didalam kandang sering kali hasilnya nihil, apalagi bila hanya dilakukan sekali dalam sehari. Oleh karena itu, orang sering mengatakan hal yang salah, seperti birahi tenang dikatakan disebabkan oleh deteksi birahi yang tidak baik. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, deteksi birahi dapat dilakukan tiga kali sehari pada waktu pagi, tengah hari, dan menjelang malam.
Di Eropa pangamatan birahi dengan memantau kuda dengan kamera yang diarahkan ke kuda (dikandang) untuk menghindari kuda-kuda yang mudah stress. Dengan pengamatan birahi sebanyak tiga kali dalam sehari, seluruh kasus birahi dapat dideteksi secara baik sehingga inseminasi buatan atau pengawinan secara alami dapat dilakukan tepat pada waktunya. Gejala birahi yang lebih mudah dikenal bila induk kuda berada bersama-sama di luar kandang atau di lapangan penggembalaan, yaitu berdiri diam jika dinaiki betina lain atau berusaha menaiki betina lain. Sifat homoseks ini merupakan tanda yang paling baik pada kuda betina sewaktu birahi. Barang kali gejala birahi macam ini tidak dapat dilihat bila induk kuda berada di dalam kandang.
Oleh karena itu, induk sebaiknya dikeluarkan dari kandang bersama dengan induk kuda milik peternak lain agar gejala homoseksualitas atau saling menaiki dapat segera dilihat. Penelitian di Amerika Serikat selama musim dingin mengenai deteksi birahi terhadap 60.000 ekor induk kuda, menghasilkan hal-hal sebagai berikut (Anonimous, 1981): bila kuda betina tidak dikeluarkan sama sekali dari kandang, hasil deteksi birahi hanya mencapai 64%; bila induk kuda dikeluarkan sekali dalam sehari, hasil deteksi birahi mencapai 69,59%, dan bila induk dikeluarkan dua kali sehari, deteksi birahi mencapai 70,4%. Mengeluarkan induk dari kandang kelapangan, walaupun singkat waktunya, sangat berguna bagi kesehatan induk karena selain dapat memperbaiki nafsu makan, juga memperbaiki daya cerna perut, dan dapat membantu penyumbatan ambing pada waktu prows melahirkan. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Kinder dan Zalesky pada tahun 1985 membuktikan bahwa keberadaan kuda pejantan di dalam lingkungan kelompok kuda betina dapat mempengaruhi kegiatan reproduksi pada betina-betina tersebut.
Hubungan antara pejantan dengan betina induk dalam suatu lapangan penggembalaan dapat meningkatkan derajat dari gejala birahi pada betina. Dalam hal ini peranan saraf-saraf mata, pencium, pendengar pada betina sangat besar.
Feromone suatu bahan kimiawi yang dihasilkan oleh pejantan diduga dikeluarkan melalui urine, feses, atau oleh kelenjar keringat, selanjutnya melalui udara dapat diterima oleh saraf pencium hewan betina, mengakibatkan adanya respon perilaku birahi pada kuda betina melalui mekanisme hormonal. Berdasar hasil penelitian ini, Kinder dan Zalesky menganjurkan untuk menempatkan pejantan di tengah-tengah kuda betina di lapangan penggembalaan khususnya kuda betina yang baru melahirkan, agar dapat mendorong timbulnya birahi kembali pada waktu yang lebih cepat. Dianjurkan oleh peneliti ini agar perbandingan pejantan dengan betina 1:20. Khusus untuk induk yang baru melahirkan, dianjurkan agar dipilih induk yang telah lebih dari tiga hari pasca melahirkan.
d. Menentukan waktu yang tepat untuk dikawinkan.
Waktu perkawinan yang tepat bagi hewan betina merupakan faktor penting, karena dapat menghasilkan keuntungan yang besar bagi peternak bila terjadi kebuntingan pada waktu yang tepat. Sebaliknya, waktu perkawinan yang salah cenderung menyebabkan gangguan reproduksi karena dapat menunda kebuntingan. Waktu inseminasi buatan pertama atau pengawinan alami pertama pada kuda dara yang balk pemeliharaannya, dapat dilakukan pada birahi pertama yang muncul pada umur 15-18 bulan, sedang bagi kuda-kuda dara yang kurang baik pemeliharaannya, IB pertamatau pengawinan alami baru dapat dilakukan pada umur 3-4 tahun. Setelah melebihi umur 4 tahun pada kuda dara, perkawinan cenderung menyebabkan penurunan prestasi reproduksi. Kuda betina dara yang belum dikawinkan pada umur 4 tahun, cenderung terjadi siklus birahi yang tidak teratur atau terbentuknya kista ovarium dan gangguan reproduksi yang lain.
Kuda dara yang dapat melahirkan “anakan kuda” pertama pada umur 2 tahun, akan mempunyai masa laktasi dan jangka waktu bereproduksi lebih lama dibanding dengan kuda dara yang melahirkan “anaan kuda ” pertama pada umur 4 tahun atau lebih. Setelah melahirkan, induk akan menunjukkan gejala birahi kembali antara minggu kedua sampai minggu ke sepuluh, walaupun uterus belum mengalami involusi secara normal.
Uterus membutuhkan waktu 3-6 minggu untuk proses involusi yaitu kembalinya uterus kepada keadaan normal setelah melahirkan. Kesuburan induk pada periode 3-6 minggu masih sangat rendah dan kesuburan akan kembali normal setelah 40-60 hari pasca melahirkan, di mana kira-kira 90% dari induk akan menunjukkan gejala birahi yang normal pada periode ini. Pengawinan atau IB yang dilakukan pada 40-60 hari pasca melahirkan dapat menghasilkan angka kebuntingan sampai 80%. Hasil ini akan sama baiknya bila pengawinan atau IB dilakukan pada periode 80-90 hari pasca melahirkan. Ini berarti penundaan waktu IB setelah hari ke 90 pasca melahirkan tidak mempengaruhi angka kebuntingan
e. Pengelolaan terhadap uterus pasca melahirkan.
Walaupun proses kelahiran berjalan secara normal, pencemaran dari berbagai jasad renik pada uterus tetap dapat terjadi. Sanitasi lingkungan khususnya kandang, pada waktu melahirkan, sangat menentukan tingkat pencemaran uterus setelah melahirkan. Dilaporkan oleh Rendell (1986), bahwa 90% dari induk kuda yang melahirkan, bakteri masih dapat ditemukan dalam uterus 10 hari setelah melahirkan. Kejadian infeksi uterus, pasca melahirkan pada kuda cukup tinggi. Ini disebabkan kelahiran kuda umumnya terjadi di kandang, sedang pada kuda yang tidak dikandang, kelahirannya terjadi dipadang penggembalaan yang sanitasinya lebih baik daripada di kandang.
Kasus kelahiran yang tidak normal seperti distokia, retensi plasenta, atau pneumovagina merupakan penyebab infeksi terbesar pada uterus. Demikian pula alat-alat yang dipakai dalam pertolongan kelahiran yang tidak bebas hama, merupakan penyebab yang lain dari infeksi uterus.
Corine bacterium piogenes yang banyak terdapat di alam bebas termasuk di lantai kandang, merupakan bakteri nonspesifik yang paling sering menyebabkan infeksi pada uterus. Bakteri ini akan cepat berkembang dalam rongga uterus diikuti oleh keluarnya kotoran dari alat kelamin induk hewan. Bakteri nonspesifik lain yang dapat berada di dalam uterus adalah streptococcus, stafiloccocus, E.coli dan, pseudomonas aeroginosa. Bakteri-bakteri ini dapat menimbulkan terjadinya peradangan pada uterus bila jumlahnya cukup besar, atau dapat menyebabkan induk menderita kawin berulang artinya, bila induk kuda dikawinkan berulang kali, tidak pernah menjadi bunting walaupun birahinya jelas dan siklus birahinya berjalan secara normal.
Pencegahan terjadinya infeksi uterus yang terbaik adalah dengan menyelenggarakan sanitasi yang tinggi dari kandang, disamping alat-alat yang dipakai untuk pertolongan kelahiran harus dalam keadaan bebas hama (stern).
Infeksi uterus biasanya diobati dengan berbagai antibiotika atau kemoterapeutika, tergantung macamnya jasad renik yang menginfeksi. Namun perlu diingat bahwa pengobatan dengan antibiotika mempunyai resiko bila diikuti oleh resistensi bakteri atau adanya residu pada daging dan air susu. Resiko lainnya adalah gangguan terhadap pertahanan tubuh yang ada secara alami. Oleh karena itu, berbagai kemoterapeutika seperti larutan indium, natrium hipoklorit, atau klorheksadin telah banyak dipakai untuk pengobatan infeksi uterus pada kuda, dalam usaha menghindari residu antibiotika pada air susu penderita terhadap anaknya. Akhir-akhir ini antibiotika berspektrum luas telah banyak dipakai sebagai pengobatan intrauteri.
Hasil pengobatan terhadap infeksi uterus sangat bervariasi, karena banyak faktor yang mempengaruhi, seperti sensitivitas bakteri terhadap obat yang diberikan, dosis obat, lamanya pengobatan, cara pemberian obat, umur induk kuda, status gizi, stres karena keadaan keliling dan faktor pengelolaan. Pemakaian obat secara berturut-turut dalam waktu lama mungkin tidak ekonomis karena dapat mengembangkan jenis bakteri yang tahan terhadap obat tersebut. Pemberian obat untuk infeksi uterus biasa dilakukan dengan intra uterina karena pengobatan secara parenteral membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Kombinasi pengobatan antara intrauteri dan parenteral dapat juga dilakukan terhadap infeksi uterus.

Reproduksi Ternak Ruminansia

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala, yang mengakibatkan produktivitas ternak masih rendah. Salah satu kendala tersebut adalah masih banyaknya gangguan reproduksi menuju kemajiran pada ternak betina. Akibatnya, efisiensi reproduksi akan rendah dan kelambanan perkembangan populasi ternak. Dengan demikian perlu adanya pengelolaan ternak yang baik agar daya reproduksi meningkat sehingga menghasilkan efisiensi reproduksi tinggi yang diikuti dengan produktivitas ternak yang tinggi pula.

BAB II
PENGELOLAAN REPRODUKSI

A. PENDAHULUAN
Reproduksi merupakan proses yang majemuk pada setiap individu ternak. Reproduksi merupakan proses perkembangan suatu makhluk hidup yang dimulai sejak bersatunya sel telur dan sel mani menjadi individu baru yang disebut zigot yang disusul dengan kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran.

Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan yang baru, tetapi ia juga menyediakan tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru .

Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih banyak menghadapi kendala yang mengakibatkan produktivitas ternak yang rendah. Hal ini ditengarai dengan banyaknya laporan dari peternak mengenai kasus gangguan reproduksi yang mengakibatkan kerugian yang besar terhadap pemilik ternak.
Setiap induk ternak yang dimiliki oleh peternak mempunyai tiga kemungkinan status reproduksi, yaitu :
1) Berada pada kondisi kesuburan yang normal
2) Kondisi kemajiran ringan atau infertile
3) Kondisi kemajiran yang tetap (steril)

Ketiga status tersebut diatas tergantung pada baik atau tidaknya tingkat pengelolaan reproduksi pada ternak. Bila suatu kawasan peternakan banyak menghadapi kasus gangguan reproduksi, ada beberapa parameter yang dapat dipakai sebagai acuan yang menyatakan bahwa wilayah tersebut terdapat gangguan reproduksi :
1. Jarak antara beranak lebih dari 400 hari
2. Jarak antara melahirkan sampai bunting kembali melebihi 120 hari
3. Angka kebuntingan kurang dari 50 %
4. Rata rata jumlah perkawinan perkebuntingan lebih besar dari dua
5. Jumlah induk sapi yang membutuhkan lebih dari tiga kali IB untuk terjadinya kebuntingan melebihi 30 %.

Melihat betapa pentingnya proses reproduksi bagi suatu usaha peternakan bila mengingat bahwa tanpa adanya reproduksi, mustahil produksi ternak dapat diharapakan menjadi maksimal. Oleh sebab itu pengelolaan reproduksi merupakan bagian yang amat penting dalam suatu usaha peternakan.

Faktor pengelolaan reproduksi meliputi :
1. Pemberian pakan yang berkualitas dan cukup
2. Lingkungan serasi yang mendukung perkembangan ternak
3. Tidak menderita penyakit khususnya penyakit menular kelamin
4. Tidak menderita kelainan anatomi kelamin yang bersifat menurun
5. Tidak menderita gangguan keseimbangan hormone khususnya hormone reproduksi
6. Sanitasi kandang yang baik.

Untuk mendukung keberhasilan pengelolaan reproduksi perlu juga dilaksanakan program kesehatan reproduksi meliputi :
1. Meningkatkan keterampilan dan kesdaran beternak bagi para peternak
2. Pemeriksaan secara tetap tiap bulan pada ternak betina oleh petugas kesehatan reproduksi
3. Penilaian terhadap prestasi reproduksi induk.
4. Pelaksanaan perubahan pengelolaan reproduksi menuju keuntungan yang lebih baik, yang meliputi :
a. Penyediaan ransum pakan untuk induk yang sedang bunting dan laktasi
b. Keserasian kondisi lingkungan untuk pertumbuhan ternak
c. Deteksi Berahi yang tepat
d. Waktu tepat kawin
e. Pengelolaan yang tepat terhadap uterus pasca melahirkan.

B. ANATOMI REPRODUKSI BETINA
Organ reproduksi pada sapi betina terdiri dari organ genitalia interna (ovarium,oviduk,uterus,cervix uteri dan vagina) dan organ genitalia eksterna (vestibulum dan vulva). Ovarium merupakan organ reproduksi primer yang menghasilkan ova dan hormon-hormon kelamin betina. Sedangkan oviduk,uterus,cervix uteri,vagina dan vulva merupakan organ reproduksi sekunder yang berfungsi menerima dan menyalurkan sel-sel kelamin jantan dan betina,memberi makan dan melahirkan individu baru.

OVARIUM
Berbeda dengan testis, ovarium tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ia mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon-hormon kelamin betina,estrogen dan progesteron. Ovarium sapi dan domba berbentuk oval.

Pada sapi ukuran ovarium bervariasi dengan panjang 1,3-5,0 cm, lebar 1,3-3,2 cm, dan tebal 0,6-1,9 cm. Ovarium kanan umumnya lebih besar daripada ovarium kiri, karena secara fisiologik dia lebih aktif. Berat ovarium juga bervariasi antara 10 sampai 20 gram.

OVIDUK (Tuba Fallopii)
Oviduk atau Tuba Fallopii merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil, berliku-liku dan terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Pada sapi panjangnya mencapai 20-30 cm dan diameternya 1,5-3,0 cm.
Fungsi oviduk adalah menerima atau menangkap sel telur yang diovulasikan.

UTERUS

Uterus merupakan suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan foetus, dan stadium permulaan ekspulsi foetus pada waktu kelahiran. Uterus teridiri dari cornua, corpus, dan cervix. Pada sapi, domba dan kuda mempunyai uterus jenis uterus bipartitus, terdapat suatu dinding penyekat (septum) yang memisahkan kedua cornua dan corpus uteri yang cukup panjang. Cornu uteri pada sapi dan domba berlekuk seperti tanduk domba jantan. Pada sapi dara setiap cornu uteri membentuk satu putaran spiral lengkap, sedangkan pada sapi-sapi pluripara (sudah sering beranak) spiral tersebut sering hanya mencapai setengah putaran.

Uterus mempunyai sejumlah fungsi penting. Pada waktu perkawinan, kerja kontraksi uterus mempermudah pengangkutan sperma ke oviduk. Sebelum implantasi, ia mengandung cairan uterus yang menjadi medium bersifat suspensi bagi blastocyt,dan sesudah implantasi uterus menjadi tempat pembentukan placenta dan perkembangan foetus.

CERVIX UTERI

Cervix atau leher uterus merupakan suatu otot sphincter tubuler yang sangat kuat dan terdapat antara vagina dan uterus. Dindingnya lebih keras, lebih tebal dan lebih kaku daripada dinding-dinding uterus atau vagina, dan dinding cervix ditandai oleh berbagai penonjolan-penonjolan. Pada ruminansia penonjolan-penonjolan ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal dan saling menyilang, disebut cincin-cincin annuler. Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi (biasanya 4 buah) dan domba, yang dapat menutup rapat cervix secara sempurna. Cervix uteri berfungsi sebagai saluran yang memudahkan (dengan mukus cervixnya) sperma menuju lumen uterus, berperan menyeleksi sel sperma yang viable dari sel sperma yang non viable dan cacat/rusak,menutup dan menjaga kondisi uterus selama masa kebuntingan.

VAGINA

Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler yang terletak di dalam rongga pelvis dorsal dari vesica urinaria, dan berfungsi sebagai alat kopulatoris dan sebagai tempat berlalu bagi foetus sewaktu partus.

ORGAN GENITALIA EKSTERNA
Alat kelamin luar terbagi atas vestibulum dan vulva. Vulva terdiri atas labia majora,labia minora,commisura dorsalis dan ventralis serta clitoris.
Vestibulum memiliki beberapa otot sirkuler atau seperti sphincter yang menutup saluran kelamin terhadap dunia luar. Selama partus vestibulum berfungsi sebagai tempat tumpuan pertautan bagi seluruh saluran kelamin yang berkontraksi sewaktu mengeluarkan foetus.

C. SIKLUS BERAHI
Produktifitas ternak tergantung langsunng maupun tidak langsung pada kemampuan reproduksinya. Ternak dengan kecepatan reproduksi tinggi, disertai seleksi yang baik dalam perkawinannya pasti akan meningkatkan produksi hasil ternaknya.
Target manajemen reproduksi pada suatu kelompok ternak :
1. mendapatkan pedet yang sehat dari satu kelahiran pertahun
2. meningkatkan mutu genetic pedet
3. waktu laktasi 305 hari

Untuk meningkatkan efisiensi reproduksi :
1. Penyembuhan uterus normal selama 6 minggu
2. Penampakan tanda birahi dan recover ovulasi
3. Deteksi birahi secara tepat dan peningkatan kebuntingan setelah IB
4. Semen dengan kualitas baik di IBkan pada 12 – 18 jam sebelum ovulasi.

1. Pubertas
Perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bangsa sapi dan manajemen pemberian pakan. Dalam kondisi pemberian pakan yang baik pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan. Berat badan dan atau besar tubuh lebih penting daripada umur, sebab sapi yang diberi pakan rendah dua kali lebih tua daripada umur yang dicapai oleh sapi dengan tingkatan yang tinggi. Dimana bobot badan yang ideal untuk pubertas berkisar 227 – 272 kg pada umur rata – rata 15 bulan.
Sapi mencapai dewasa kelamin sebelum dewasa tubuh tercapai. Keterangan ini memberi petunjuk agar tidak mengawinkan sapi betina pada waktu munculnya tanda-tanda pubertas yang pertama, Karen ajika mengawinkan terlalu cepat, maka sapi akan bunting dengan kondisi badan masih dalam proses pertumbuhan, maka tubuhnya harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan anak dalam rahimnya.
Umur Pubertas (bulan)
Bangsa Betina Jantan
Kambing – Domba 7-10 4-6
Babi 4-7 4-8
Sapi 8-11 10-12
Sapi Brahman 15-18
Kuda 15-18 13-18

Waktu pubertas lebih dipengaruhi oleh perkembangan tubuh dibandingkan dengan umur
% Berat Badan Saat Pubertas
Sapi Perah 30-40% BB dewasa
Sapi Potong 45-55% BB dewasa
Kambing 40-60% BB dewasa

2. Urutan Waktu Dalam Siklus Birahi
a. Lama Siklus Birahi : 18 – 24 hari atau ± 21 hari
b. Lama birahi : 6 – 30 jam atau rata – rata 17 jam, tergantung umur
Birahi mulai sore lebih lama 2- 4 jam daripada birahi pagi
c. Waktu ovulasi : sejak awal birahi sampai ovulasi berkisar antara 16 – 65 jam atau rata – rata 25 – 30 jam
d. Birahi setelah beranak : 21 -80 hari atau rata – rata 60 hari sejak beranak, bisa juga tergantung interval pemerahan :
• Pada sapi yang diperah 4 kali sehari terjadi birahi ± 69 hari sejak beranak
• Pada sapi yang diperah 2 kali sehari terjadi birahi ± 46 hari sejak beranak atau rata – rata 60 hari
• Pada induk yang menyusui anak akan kembali birahi pada hari ke – 72 sejak beranak

3. Birahi / Estrus
Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus berahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap hewan, dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi. Ciri khas dari estrus adalah terjadinya kopulasi. Jika hewan menolak untuk kopulasi, maka penolakan tersebut memberi pertanda bahwa hewan betina masih dalam fase proestrus atau fase estrus telah terlewat. Tanda lain yang umumnya mereka perlihatkan tanda gelisa, nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan menungganginya. Dalam servic jumlah lendir maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar bertambah. Pada sapi lendir yang dihasilkan oleh service ini bersifat bening, terang tembus dan mengalir ke vagina. Vagina dan vulva pada jenis hewan tidak memperlihatkan banyak perubahan, hanya pada dara (betina yang baru pubertas) pada umumnya terjadi kebengkakan vulva serta perubahan vaskularisasi hingga warnanya agak kemerah-merahan dan selalu terlihat pada waktu estrus.Perubahan-perubahan seperti ini pada hewan betina dewasa yang telah beberapa kali beranak, sering tidak nyata.

VARIASI SIKLUS ESTRUS PADA BERBAGAI SPESIES HEWAN

Domba Babi Sapi Kuda
Lama Siklus Berahi 14-19 hari 17-22 hari 18-24 hari 16-24 hari
Lama Berahi 24-36 jam 48-72 jam 12-19 jam 2-11 jam
Waktu Ovulasi 24-36 jam
(setelah awal berahi) 35-45 jam
(setelah awal berahi) 10-11 jam
(setelah akhir estrus) 1-2 hari
(sebelum akhir estrus)
Waktu untuk Inseminasi Buatan 12-18 jam
setelah awal
estrus 16-24 jam
setelah awal estrus dan diulang kembali
8-24 jam kemudian 7-18 jam
setelah awal berahi Hari kedua dan
hari-hari lain selama berahi
Peternak atau petugas akan mudah melakukan deteksi birahi apabila memahami tanda – tanda birahi sapi terjadi serta kebiasaan rutin sapi tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya pola rutin deteksi birahi :
a. Deteksi 3 kali sehari yaitu pada pagi hari saat pagi, pada siang hari saat sapi dalam kondisi tenang / istirahat dan pada sore hari.
b. Waktu pengamatan birahi dilakukan sesuai dengan siklus birahi yaitu setiap hari ke -19 -23 (rata – rata pada hari ke – 21) setelah birahi sebelumnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan bantuan kalender IB dan jika ada tanda – tanda segera lapor kepada petugas IB
c. Petugas dapat melakukan palpasi rectal untuk mengetahu kondisi ovarium
Angka kebuntingan tertinggi atau waktu IB terbaik adalah 4 – 20 jam sejak awal birahi

5. Saat Yang Tepat Melakukan Inseminasi Buatan Sapi
Dalam pelaksanaan di lapangan, baik inseminator maupun pemilik sapi sukar untuk dapat mengetahui saat dimulainya estrus, lebih-lebih saat ovulasi. Untuk memudahkan pelaksanaan, maka dibuat petunjuk umum yang dapat digunakan dengan mudah. Faktor yang terpenting dalam petunjuk tersebut adalah pengamatan terhadap berahi. Bila gejala berahi sudah terlihat maka saat inseminasi mudah ditentukan. Sehingga petunjuk praktisnya sebagai berikut, jika sapi terlihat berahi pada pagi hari ini, maka inseminasi harus dilakukan pada hari itu juga, sedangkan bila sapi terlihat berahi pada sore hari ini, maka inseminasi harus dilakukan pada esok harinya sebelum jam 12.00 siang.

PETUNJUK WAKTU MELAKUKAN I.B. PADA SAPI
Sapi terlihat berahi Saat yang baik melakukan I.B. Terlambat
Pada pagi hari ini I.B. Hari ini juga Ditangguhkan sampai besok
Sore atau malam hari I.B. besok pagi sebelum jam 12.00 siang Sesudah jam 12.00 esok harinya

D. KEBUNTINGAN
Periode kebuntingan dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan dengan kelahiran anak yang hidup. Kebuntingan pada sapi dapat didiagnosa melalui palpasi rectal dan penentuan kadar progesterone dalamserum darah. Darah dapat diambil pada hari 21 sampai 24 sesudah IB untuk diperiksa di laboratorium dengan metode radioimmunoassay (RIA) atau metode ELISA.
PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN
INDIKASI LUAR
Berhentinya gejala-gejala birahi sesudah IB sudah bisa menandakan adanya kebuntingan, akan tetapi tidak berarti bahwa seratus persen akan terjadi kebuntingan. Peternak mungkin lalai atau tidak memperhatikan gejala birahi walaupun tidak terjadi kebuntingan. Kematian embrio dini atau abortus mungkin saja dapat terjadi. Perubahan-perubahan patologis dapat terjadi didalam uterus seperti myometra, sista ovarium bisa menyebabkan kegagalan birahi. Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara perdarahan setelah IB dengan konsepsi.
Kelenjar susu pada sapi dara berkembang dan membesar mulai kebuntingan 4 bulan. Pada sapi yang pernah beranak/ sering beranak pembesaran ambing terjadi pada 1 sampai 4 minggu menjelang kelahiran.
Ternak betina bertambah tenang, lamban dan hati-hati dalam pergerakannya sesuia dengan bertambahnya umur kebuntingan. Pada minggu terakhir kebuntingan ada kecenderungan pertambahan berat badan. Pada akhir kebuntingan ligamentum pelvis mengendur, terlihat legokan pada pangkal tulang ekor, oedema dan relaksasi vulva.
Pada umur kebuntingan 6 bulan keatas gerakan fetus dapat dipantulkan dari dinding luar perut. Fetus teraba sebagai benda padat dan besar yang tergantung berayun didalam struktur lunak perut (abdomen).

INDIKASI DALAM
Palpasi per-rektal terhadap uterus, ovaria dan pembuluh darah uterus adalah cara diagnosa - diagnose kebuntingan yang paling praktis dan akurat pada sapi dan kerbau.
Sebelum palpasi rektal perlu dikatahui :
• Sejarah perkawinan ternak yang bersangkutan
• Tanggal melahirkan terakhir
• Tanggal dan jumlah perkawinan atau IB
• Kejadian-kejadian penyakit pada ternak tersebut
Catatan reproduksi yang lengkap sangat membantu dalam menentukan kebuntingan secara cepat dan tepat.


E. KELAHIRAN
Sejumlah teori telah banyak memaparkan mengenai penyebab awal kelahiran, pada umumnya didasarkan atas pengaruh hormon dan keterbatasan perluasan dan pertumbuhan uterus. Bukti – bukti menyatakan bahwa kadar estrogen menaik menjelang akhir kebuntingan dan kenaikan ini menimbulkan kepekaan urat daging uterus dan menghentikan perluasan uterus. Akibat tekanan didalam uterus yang meningkat akan menyebabkan bertambahnya rangsangan . Kenaikan tekanan dalam uterus beserta bertambahnya kepekaan uterus akan menyebabkan dilepaskannya hormon oxytocin sehingga terjadi kontraksi uterus yang kuat yang mendorong fetus keluar.

GEJALA-GEJALA MENJELANG PARTUS
Gejala-gejala menjelang partus hampir sama pada semua ternak, tetapi tidak konstan antara individu ternak. Oleh karena itu gejala –gejala ini tidak dapat dipakai untuk meramalkan secara tepat waktu partus seekor ternak, tetapi dapat merupakan indikasi yang baik terhadap perkiraan waktu kelahiran yang diharapkan.
Pada sapi ligamen-ligamen pada pelvis (urat-urat daging pada pinggul) sangat mengendur yang menyebabkan penurunan urat daging pada bagian belakang. Pada kebanyakan sapi pengenduran urat-urat daging ini menandakan bahwa partus kemungkinan akan terjadi dalam waktu 24 sampai 48 jam.
Vulva menjadi sangat oedematus (bengkak), melonggar sampai 2-6 kali dari ukuran normal. Ambing membesar dan oedematus. Pada sapi dara pembengkakan dimulai bulan ke empat pereode kebuntingan, pada sapi yang pernah beranak (pluripara) pembesaran ambing mungkin tidak nyata 2- 4 minggu sebelum partus.
Suatu lendir putih, kental dan lengket keluar dari bagian kranial vagina mulai bulan ke tujuh masa kebuntingan, lendir tersenut makin banyak keluar menjelang kelahiran. Segera sebelum partus jumlah lendir sangat meningkat.
Selama beberapa jam sebelum partus ternak memperlihatkan penurunan napsu makan dan ketidaktenangan, mengibas-ngibaskan ekor, menyentak-nyentak kaki, berbaring dan bangkit lagi kembali.

TAHAP-TAHAP KELAHIRAN
Walaupun aktivitas partus merupakan suatu proses yang berkesinambungan, tetapi sebagai gambaran diskriptif dapat dibagi 3 tahap.

Tahap Pertama
Tahap ini ditandai dengan konstraksi aktif serabut-serabut urat daging pada dinding rahim (uterus) dan melebarnya (dilatasi) leher rahim (cervix). Kondisi ini terjadi karena adanya perubahan hormonal dalam tubuh induk menjelang kelahiran. Konstraksi uterus terjadi setiap 10 menit sampai 15 menit dan berlangsung sampai 15 sampai 30 detik.
Tahap pertama pada sapi yang baru pertama kali melahirkan nampak berlangsung lebih lama daripada sapi yang sudah pernah beranak. Pada tahap pertama ini yang nampak adalah ternak kalihatan gelisah, napsu makan turun, sebentar berbaring sebentar berdiri. Menjelang akhir tahap ini ketuban (allantochorion) nampak keluar dari vagina dan kemudian pecah. Fetus sudah mulai memposisikan diri untuk keluar dari uterus

Tahap Kedua
Tahap kedua ini ditandai oleh pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, pecahnya kantong ketuban (allantois), kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva. Selama tahap kedua ini, uterus mengalami perejanan 4 sampai 8, setiap 10 menit dan berlangsung 80 sampai 100 detik. Perejanan berulang-ulang berlangsung terus dan kaki fetus terlihat di vulva. Sewaktu kaki fetus melewati vulva, kantong amnion pecah. Peningkatan konstraksi abdominal terjadi pada waktu kepala, bahu dan pinggul fetus memasuki pelvis. Ketika kepala fetus memasuki vulva, pada saat inilah terjadi perejanan perut (abdominal) yang terkuat pada proses partus. Sesudah kepala fetus melewati vulva, biasanya induk istirahat untuk beberapa menit sebelum kembali merejan dengan kuat sewaktu dada fetus berlalu melewati saluran pelvis. Pinggul segera menyusul kemasuki saluran kelahiran. Tahap kedua proses kelahiran berlangsung 0,5 sampai 3 atau 4 jam. Pada sapi yang sudah sering beranak tahap ini hannya memerlukan setengah sampai satu jam.

Tahap Ketiga
Tahap ketiga ini adalah tahap terakhir dari suatu proses kelahiran yang ditandai dengan pengeluaran selaput fetus/ ari-ari (plasenta) dan involusi uterus. Pengeluaran plasenta secara normal selasai dalam beberapa jam setelah pengeluran fetus. Lama waktu yang diperlukan yntuk pengeluaran plasenta pada sapi adalah 0,5 sampai 8 jam.

D. GANGGUAN REPRODUKSI DAN PENANGANANNYA
Gangguan Reproduksi Yang Biasa Terjadi Pada Sapi :
A. Birahi tenang (Silent Heat)
Birahi tenang atau birahi tidak teramati banyak dilaporkan pada sapi potong; sapi dengan birahi tenang mempunyai siklus reproduksi normal, namun gejala birahinya tidak terlihat. Birahi tenang akan mengakibatkan peternak tidak dapat mengetahui kapan sapinya birahi, sehingga tidak dapat dikawinkan dengan tepat.
Birahi tenang pada sapi karena beberapa kemungkinan yaitu :
a. faktor genetis
b. manajemen peternakan yang kurang baik
c. defisiensi komponen-komponen pakan atau defisiensi nutrisi,
d. kondisi fisik jelek, kebanyakan karena parasit interna (cacing),

B. Tidak birahi sama sekali (anestrus)
Tidak birahi sama sekali atau anestrus adalah keadaan dimana memang tidak terjadi siklus reproduksi, tidak ada ovulasi, sehingga tidak terjadi gejala birahi sama sekali. Kasus anestrus pada sapi perah cukup banyak ditemui, umumnya terjadi setelah beranak. Anestrus pada sapi perah akibat defisiensi nutrisi umumnya berupa penurunan ovaria (hipofungsi ovaria) bisa mencapai 90% dan akibat adanya peradangan saluran reproduksi 10%.

C. Kawin berulang (Reapet Breeder)
Kawin berulang adalah induk ternak yang mempunyai siklus birahi normal dan gejala birahi yang jelas tetapi bila dikawinkan atau di inseminasi buatan berulang-ulang tidak pernah menjadi bunting.
Penyebab kawin berulang adalah:
 Faktor kegagalan pembuahan (fertilization failure)
 Faktor kematian embrio dini (early embrionic death)

Penanganan gangguan reproduksi dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Perbaikan kondisi tubuh, usahakan kondisi fisik (body condition score = BCS, skor kondisi tubuh = SKT) optimum untuk reproduksi, yaitu sekitar 3,0 dari suatu cara penilaian kondisi tubuh antara 1 (kekurusan) dan 5 (kegemukan). Perbaikan kondisi tubuh dapat lebih cepat dibantu dengan perbaikan pemberian pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup, dan pemberian obat cacing secara teratur (reguler).

b. Intensifikasi pengamatan birahi individu sapi. Penanganan yang lebih sering, terutama pada waktu malam hari. Pengamatan birahi akan lebih mudah bila dimungkinkan untuk menjadikan sejumlah sapi-sapi betina yang berdekatan dalam satu kandang lepas besar atau dalam satu padangan untuk dilakukan inseminasi buatan atau kawin pejantan.

c. Aplikasi sinkronisasi birahi dan ovulasi dengan mempertimbangkan perhitungan ekonomis.

PERILAKU SAPI YANG PERLU DIFAHAMI

1. Psikologi Sapi
Sapi hanyalah Binatang untuk di Pelihara kemudian di Potong dan di Makan, itu adalah sangat Betul. Sapi bukanlah mahluk atau benda yang tak BERPERASAAN, sapi sangat berperasaan dan sangat berpikiran. Itulah sebabnya cara kita se-hari2 dalam menanganinya secara individu, memberi makan serta memeliharanya secara menyeluruh, akan memberikan hasil sifat dan perilaku sapi yang berbeda-beda. Semakin banyak kita mempelajari dan memahami setiap perilaku serta apa yang mendasari perilaku sapi tersebut, kita akan mampu menanganinya dengan jauh lebih baik.
Sapi adalah binatang yang cerdas, selalu ingin tahu, tidak hanya menggunakan instingnya tapi juga pikiran dan perasaannya dalam menghadapi dan mengatasi keadaan yg dihadapinya. Mereka mempunyai daya ingat yang sangat baik, serta kemampuan beradaptasi yang memadai. Dengan memanfaatkan kelebihan tersebut, sapi sangat bisa di latih dan dibiasakan dengan keadaan yg anda inginkan. Perlakukan Sapi secara konsisten, maka mereka akan mengerti apa yang anda inginkan, sebaliknya anda pun akan mengerti apa yang mereka inginkan, sehingga hubungan timbal balik yang harmonis bisa tercipta.
Jika kita lihat di Indonesia bagian Timur tepatnya di Kupang yang pernah penulis lihat dan pelajari. Adalah hal yang biasa jika kita melihat beberapa puluh ekor sapi yg tidak di cucuk hidungnya bahkan tidak di ikat lehernya (sebut Sapi Lepasan), di gembala hanya oleh satu orang dan tidak jarang oleh seorang nenek tua, dengan melakukan perjalanan yang sangat jauh menuju padang rumput luas yang banyak terdapat disana. Begitu juga di daerah lain dan di negara lain hal yang sama sering saya lihat.

Jika di simak dengan lebih teliti, si penggembala selalu dengan sangat konsisten berwibawa dan tegas, menggunakan gerakan yang sama, tekanan suara yang sama saat memberikan suatu perintah atau permintaan, dan puluhan sapi dengan patuhnya mengikuti perintah si Penggembala, bagaikan sepasukan tentara yang dengan taat mengikuti perintah sang Komandan.

Demikian juga jika kita simak para petani yang menggunakan sapi untuk membajak sawahnya, para kusir gerobak sapi di beberapa daerah, mereka tidak menggunakan tali kendali, tapi betul2 hanya menggunakan perintah melalui suara aba-aba dan gerakan tertentu.
Sapi menggunakan insting dan pikiran untuk menghadapi keadaan sehari-harinya, seperti dalam mencari rumput, mencari sumber air mencari jalan pulang, melindungi anaknya, dalam menghadapi ancaman binatang pemangsa, dll.

Sapi bisa tahu dimana sumber air minum berada, namun dia tidak akan mengerti bahwa untuk menuju ke tempat minum yang ada di luar pagar kandangnya, dia harus keluar pagar melalui pintu gerbang dan berputar mengitarinya terlebih dahulu. Insting dan pikirannya akan mengarahkannya untuk berusaha langsung menuju ke sumber air tersebut, sehingga sering tidak berhasil. Namun sekali dia kita latih untuk menuju sumber air melalui jalan yang kita kehendaki, maka dia akan mengngingatnya dan akan selalu melakukannya lagi dengan sangat benar saat menuju tempat minumnya.

Ada sapi yang lebih pintar dari yang lain, ada yang lebih jinak ada juga yang lebih liar dan selalu waspada. Namun semua jenis perilaku itu akan mudah untuk dilatihnya, jika anda secara konsisten menunjukan bahwa “Anda bukan musuh mereka dan tidak akan membahayakan mereka, dan jika mereka menuruti apa perintah serta menuruti rutinitas yang anda kehendaki mereka tidak akan merasa disakiti dan selalu di untungkan”.

Sekali Sapi merasa di sakiti, maka dia akan mengingatnya dengan sangat baik, di lain waktu jika dia “akan” menghadapi situasi yang sama, maka dia akan melakukan reaksi perlawanan untuk membela diri. Sapi yang sejak kecil ditangani dengan halus dan konsisten akan berperilaku jauh lebih kalm/jinak atau “gentle”, dan penurut, dibanding dengan yang di tangani secara kasar secara terus menerus.

Ada yang mengatakan “melihat perilaku anda yang sebenarnya cukup dengan melihat sapi-sapi anda”, peribahasa ini sangatlah benar adanya, anda bisa dan boleh berlagak garang-sangar-model pereman pasar atau sebaliknya anda ingin dinilai halus, penyayang dan penyabar, tapi perilaku sapi yang anda pelihara akan menunjukan siapa dan bagaimana sebenarnya perilaku anda yang asli.
Beberapa landasan keadaan psikologis dan fisik sapi yang perlu di fahami dengan baik:
Fahami reaksi beladirinya (survival response). Sapi dalam evolusi kehidupannya selalu menjadi binatang yang DIMANGSA (prey animal). Dengan mengandalkan indera Penciuman, Penglihatan mereka mendeteksi adanya bahaya dari binatang Pemangsa, kemudian melakukan reaksi/respon dengan cara melarikan diri. Jika sudah merasa terpepet maka dia akan menyerang , walaupun hal ini sangat jarang terjadi
Mereka selalu takut dan hawatir terhadap segala sesuatu yang baru dan belum mereka fahami betul.—ini merupakan dasar psikologis bela diri mereka. Mereka baru akan merasa lebih tenang setelah memahami, bahwa sesuatu yang baru tsb tidak mengancam keselamatan dirinya. Dilingkungan peternakan sesuatu itu bisa berupa, adanya orang baru yang mendekatinya, adanya jemuran kain yg berwarna mencolok di sekitar peternakan, adanya suara radio dengan lagu dangdut dll. Hal-hal baru tersebut biasanya tidak disadari oleh para peternak, yang terlihat hanyalah sapi mereka berperilaku lain dari biasanya, bisa berupa tidak mau segera makan, berkumpul di suatu sudut kandang, atau menjadi tidak penurut dll. Berhati-hatilah dan waspadai adanya sesuatu yang baru yang akan membuat meraka takut. Sapi yang berperilaku kalm, dia akan melihat dan menatap sesuatu yang baru dan mereka takuti, ini dapat memberikan petunjuk pada diri anda di arah mana dan apa yang membuat mereka hawatir atau takut. Sedangkan sapi yang lebih liar, dia akan secara langsung bereaksi dengan melarikan diri dari sesuatu yang dia takuti.
Indera pendengaran / kuping mereka sangat sensitif, jauh lebih sensitif dibanding dengan pendengaran kita sebagai manusia, terutama pada suara frekuesi tinggi.

Kedua mata sapi terpisah berjauhan, sehingga masing2 matanya bisa melihat ke arah dua sudut yang berbeda. Letak kedua mata tersebut memungkinkan mereka dapat melihat kebelakang tanpa menoleh, sehingga mereka bisa tetap mewaspadai binatang pemangsa yang datang dari belakang saat merumput.
Perkenalkan segala prosedur rutin secara perlahan sabar dan bertahap. Rahasia menangani sapi adalah mengenalkan dan melatih mereka terhadap cara kerja anda dalam merawat mereka, secara perlahan, sabar , bertahap, tanpa menggunakan kekasaran apalagi kekerasan, jangan sekali-kali menyakiti mereka saat pertama kali memperkenalkan pada prosedur baru apaun itu. Berjalanlah dengan langkah yang tetap disekitar mereka, jangan terlalu sering mengganggu mereka, agar mereka tidak merasa hawatir tetapi justru merasa aman dengan keberadaan anda disekitar mereka.
Maksimumkan hubungan timbal balik antara anda dengan sapi. Anda tidak harus seperti Tarzan atau Dr Dolittle, dalam menjalin hubungan dengan binatang2 peliharaan anda, tapi kalau anda mampu itu sangatlah baik. Hubungan anda dengan sapi-sapi anda, pasti dapat di bina dan di kembangkan , karena sapi pada dasarnya adalah mahluk sosial juga seperti anda dan saya. Sapi dapat dan dengan senang hati menerima adanya TATANAN SOSIAL digerombolan atau di kelompoknya, mereka selalu tunduk dan hormat terhadap pimpinan dan sapi lain yang lebih tinggi rangkingnya didalam kelompoknya (ngedumel juga kali kaya kita kadang2). Jika selama ini semua tindakan yang anda lakukan terhadap mereka secara konsisten tidak pernah menyakiti dan jika mereka selalu mengikuti kemauan anda mereka juga selalu mendapatkan kesenangan / imbalan/ reward yang dapat berupa makan, minum atau ketentraman dan keamanan. Maka mereka akan tunduk dan hormat (respect) terhadap diri anda. Ditambah lagi dengan kekuatan anda untuk menDominasi mereka, maka mereka akan siap dan mudah anda kendalikan sesuai dengan kemauan anda.
Amati dan fahami betul tatanan sosial di kelompok sapi-sapi anda. Jenjang tatanan ini merupakan landasan dasar mereka dalam berkelompok. Selalu ada satu Sapi yang mereka anggap Boss nya. Untuk melihat dan mencari sapi yang mana yang mereka anggap boss, adalah sangat mudah, perhatikan sapi mana yang berperilaku Paling Bossi (Bossiest), yang paling agresive dan ingin selalu nomor satu saat diberi makan atau saat mau minum, dan sapi-sapi lainnya akan minggir dan mengalah terhadap sapi tersebut. Setelah beberapa kali anda mengamati maka akan jelas dan pasti dalam menentukan yang mana TOP Sapi nya, dan dialah Boss Sapi di kelompoknya. Boss sapi tidak akan pernah bertarung untuk berebut posisi, karena dia tahu bahwa kelompoknya harus menghormatinya. Yang sering bertarung justru tingkatan dibawah dalam usahanya untuk menaikan rangkingnya, pertarungan serius yg paling sengit dan kadang membahayakan adalah pertarungan untuk memperebutkan posisi kedua setelah Boss Sapi. Boss Sapi mempunyai kemampuan mengontrol kelompoknya secara psikologis, tanpa harus melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau memaksa, perilaku ini sangat bisa diterima di kelompoknya. Anda harus mampu dan selalu berusaha meniru cara Boss Sapi melakukan kontrol terhadap kelompoknya, tidak berarti anda harus merangkak seperti sapi, yang saya maksud untuk ditiru adalah cara Boss Sapi melakukan Mind & Psi control terhadap kelompoknya, serious penuh wibawa, percaya diri, teguh dan tidak pernah ragu, tanpa memaksa ataupun menyakiti. Jika anda mampu bertindak dan berperilaku demikian terhadap sapi-sapi anda maka anda pasti dapat menguasai kelompok sapi anda. Tidaklah mengherankan apa yang pernah saya utarakan terdahulu bahwa, satu orang setua apapun dia, jenis kelaminnya apapun, postur tubuhnya bagaimanapun, mampu menggembala puluhan sapi dengan sangat mudahnya. Yang jelas saya perhatikan amati dan pelajari, saat mereka memberikan perintah sesuai dengan keinginannya, si Penggembala tersebut tidak pernah cengengesan, apalagi ragu – Ayo ke kanan ehh salah ke kiri, kesana eeeh salah kemari – hal seperti ini tidak pernah terjadi dan jangan sampai terjadi. Nada suaranya pun sangat konstan dan menggunakan perintah yang sama walaupun saya juga tidak mengerti apa dasar bahasa yang di pakainya, seperti Hop Reh untuk belok ke kanan, Hal untuk berhenti. Dur untuk mundur. Anehnya untuk setiap daerah bahkan untuk tiap gembala, mereka punya aba-aba tersendiri yang hanya bisa di mengerti oleh sapi mereka sendiri. Didaerah Subang saya pernah melihat dan mendengar aba-aba Ca-ca untuk belok kiri, Huuuu untuk belok kanan, Hessss untuk berhenti, dan macam-macam lainnya.

2. Penciuman

Setiap binatang mempunyai kelebihan dan ke unggulan masing-masing, terutama dalam upaya untuk membela diri dan bertahan hidup. Ada yang di karuniai kemampuan lebih guna mencari mangsa, ada juga yang mendapat karunia lebih guna mempertahankan diri dari serangan binatang pemangsa. Namun kedua karunia yang berlawanan tersebut selalu di barengi dengan kemampuan masing2 untuk mencari makan dan minum.

Sejak dahulu kala saya sangat mengagumi dan sungguh terpikat dengan “kemampuan lebih”, yang di miliki oleh tiap jenis binatang yang hidup di sekitar kita, terlebih lagi pada binatang-binatang liar yang hidup di alamnya masing-masing, mulai dari semut dan kutu air sampai gajah dan ikan paus, burung emprit dan albatros.

Tidak jarang sanak saudara teman dan sahabat, bahkan orang tua dan nenek kakek , sering menilai dan menyebut saya sebagai “Sinting, Edan, Gila, Nyentrik, Autis, dalaisegai”. Sebaliknya saya selalu menganggap mereka yang menilai tersebut (mohon maaf pada semuanya) sebagai orang yang “Sangat Aneh dan sangat merugi”, karena mereka tidak bisa melihat merasakan apalagi mengagumi Karunia Tuhan yang di berikan pada para binatang tersebut. Sangatlah mujur bagi kita sekarang ini , karena ada sekelompok orang yang mengagumi hal tersebut, kemudian mengabadikannya untuk selanjutnya di suguhkan kepada masyarakat diseluruh dunia, melalui program National Geography yang di tayangkan melalui televisi. Sehingga untuk mengetahui, menikmati dan mengagumi kelebihan yang di karuniakan pada binatang , anda tidak harus mendapat predikat-predikat tersebut diatas.
Sapi yang tergolong binatang Termangsa (prey), dia harus selalu mewaspadai keadaan lingkungan, dia selalu berusaha untuk mengetahui kehadiran binatang Pemangsa. Indera yang paling diandalkan untuk tujuan ini adalah indera PENCIUMNAN.

Melalui penciuman ini meraka dapat mengevaluasi keadaan di sekitarnya, mengenali kelompoknya, mengenali anaknya, bagi si anak untuk mengenali ibunya. Sapi sama persis dengan anda sebagai Manusia, yaitu menggunakan Hidung dan Mulut untuk Mencium. Hanya saja Sapi lebih bijak dalam menggunakan Mulutnya saat mencium, sehingga Penciumannya jauh lebih tajam atau sensitif dibanding anda.
Perhatikan saat Sapi menggunkan indera penciumannya guna mengamati lingkungannya:
Mengangkat kepalanya atau menengadahkan kepalanya.
Mulutnya terbuka
Lidahnya rata lekat kebawah.
Bibir atas melipat atau menggulung ke belakang
Menghirup udara melalui mulutnya, sehingga udara yg di hisap tsb langsung mengarah ke bagian atas mulutnya yg di sebelah dalam (langit-langit mulut nya). Di langit-langit inilah letak organ indera penciuman kedua yang sangat sensitif, katanya organ tsb namanya Jacobson’s organ.
Untuk meneliti sesuatu yang dekat dengan dirinya Sapi hanya menggunakan hidungnya (mengendus). Itulah sebabnya mengapa anak sapi selalu menciumi badan ibunya sebelum menyusu, terutama jika dia pernah mengalami salah nyusu pada induk yg lainnya, kemudian di tendang atau di seruduk oleh induk yg lain tersebut. Sehingga anak sapi tersebut akan lebih hati-hati , selalu melakukan check & rechecking Demikian juga induk sapi, dia bisa memanggil anaknya dengan suaranya, dia bisa melihat anaknya dengan matanya, tetapi tetap harus menciumi badan anaknya sebelum menyusui nya.
Induk sapi sering membiarkan anaknya bermain atau merumput menjauhi dirinya, induknyapun sering meninggalkan anaknya untuk merumput atau sekedar berteduh di tempat lain. Namun jika kita amati dengan seksama, mereka selalu akan bertemu kembali di tempat terahir mereka berpisah. Atau arah dan tujuan yang pertama di datangi untuk saling mencari, selalu tempat terahir mereka berpisah tersebut. Jika tidak saling bertemu disitu, maka mereka masing2 akan mengendus-ngedus tanah dalam menelusuri jejak anaknya.
Penciuman juga merupakan alat yang sangat vital dalam bersosialisasi dengan kelompoknya. Sapi jantan dapat mengetahui adanya betina yang mulai birahi, sedang birahi atau paska birahi, melalui penciumannya.
Lalu apagunanya kita memahami masalah cium mencium Sapi ini ????.
Jawabannya Banyak sekali Boss !, Yang paling utama untuk mengelabui atau ngibulin Sapi.

Contohnya:
· Anak sapi yang masih menyusui mati karena asuatu alasan tertentu. Kulitnya anak sapi tersebut jangan di buang, Jika anda beli anak sapi lain, pakaikan atau kenakan , kulit anak sapi tersebut pada anak sapi yang baru. Dijamin induk si almarhum, akan tetap mau menyusuinya, setelah mencium kulit almarhum anaknya tersebut.
· Jangan menggunakan odor atau parfum baru saat menangani sapi, terutama yang sedang ngadat. Karena anda akan di kira orang atau mahluk lain yang tidak dia kenal, sehingga sapi tersebut akan lebih sulit ditanganinya. Misal saat menyuntikan vaksin, atau melakukan kawin suntik dll. Pergunakanlah pakean kerja /overall yang sama dan tidak perlu di cuci dahulu, untuk menangani sapi yang baru datang, sehingga mereka cepat mengenali anda.
. Lumurilah seluruh badan anda dengan kotoran anak sapi , baik yang padat maupun yang cair, maka anda segera mendapat fasilitas menyusu langsung dari putting induk sapi tersebut, tanpa adanya resistensi. Silahkan mencoba.

3. Bahasa Tubuh Sapi

Pernahkah anda di Seruduk tanduk Sapi, atau di sepak dan di injak-injak sapi ????
Bagi yang belum pernah silahkan segera mencobanya. Bagi yang pernah, mari kita ingat2 dengan seksama kejadiannya. Yang di ingat bukan bagaimana saat anda dirawat di rumah sakit, lalu bertemu dengan perawat cantik yang manis budi serta baik hati, sehingga anda tidak bersedia pulang walaupun sudah pulih seperti sediakala. Yang perlu kita ingat adalah beberapa saat sebelum kejadian penyerangan oleh si Sapi, apa dan bagaimana gerakan awal yang di lakukan Sapi tersebut. Kalau lupa atau tidak ingat, silahkan coba lagi kejadian yang pernah anda alami tersebut.
Anda sebetulnya mampu memprediksi gerakan (action) mereka, dengan membaca “Bahasa Tubuh Sapi”.
Sapi adalah binatang beleher panjang, bagian depan badannya lebih besar dan berat. Dengan sendirinya Sapi mengandalkan momen atau gaya gerak Kepala dan Lehernya, untuk menjaga keseimbangan berdirinya, serta untuk Menggerakkan Tubuhnya.

Dengan demikian sebelum memulai suatu gerakan, terutama yang banyak menggunakan tenaga dan moment, maka Tubuh Bagian Depan ini akan mengawali gerakan tersebut.
Berarti dengan mengamati gerakan awal pada tubuh sapi bagian depan, maka kita bisa mengetahui, gerakan apa dan bagaimana yang akan dia lakukan. Se simpel dan se-sederhana itulah yang di sebut “Bahasa Tubuh Sapi”
Beberapa Bahasa Tubuh Sapi yang mudah di fahami:
Saat bertatap muka dengan Sapi, perhatikan:
Jika salah satu Pundaknya turun, maka dia akan berpaling ke arah Pundak yang menurun tersebut.
Jika Kulit di bagian pundaknya Mengkerut, maka dia akan berpaling dengan sangat cepat kearah pundak yang kulitnya mengkerut tersebut, bahkan mungkin akan berputar ke arah tersebut.
Jika posisi Kepala menunduk jauh di bawah pundak, dia siap menyerang dan menghajar anda yang sedang berada di depannya.
Jika posisi Kepala rata, normal, dia tidak memperdulikan keberadaan anda sebagai suatu yang membahayakan dirinya, atau sedang mengevaluasi pendapat awalnya tadi (Bener nggak sih pendapatku tadi bahwa dia ok, nggak bahaya)
Jika posisi Kepalanya diatas pundaknya, dia sedang ketakutan atau nervous
Jika Matanya menatap tajam terus menerus, dia sudah berminat untuk menyerang anda, tinggal menunggu kapan munculnya alasan pemicu. Ini persis kelakuan anda saat sudah berdandan serapih dan se keren mungkin, bertemu dengan kenalan lama yang sudah lama sekali tak pernah berjumpa, anda ragu apakah dia masih ingat pada diri anda, sehingga mata anda terus mengikuti gerakan wajah dia, bibir siap tersenyum, hati berdebar-debar. Saat dia menoleh , tersenyum dan beradu pandang, maka serta merta andapun tersenyum lebar, emosi anda bergelegak gembira. Padahal dia menoleh dan tersenyum pada diri anda, karena heran , geli dan kasihan melihat anda. Jas, dasi, hem tangan panjang, sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, warna dan modelnya sangat serasi dan sangat menaikan wibawa wajah anda. Sayang anda lupa mengenakan celana panjang, serta menyisir rambut.
Jika Matanya bergerak gerak dengan cepat, dia sedang ketakutan atau nervous.
Jika Matanya bergerak sangat perlahan, dia sedang mengevaluasi keberadaan anda, membahayakan dirinya atau tidak.
Jika Matanya tidak memperhatikan dan melihat pada diri anda, berarti dia tidak memperdulikan keberadaan anda, yg berarti anda tidak dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan dirinya.
Jika Pandangan dan badannya menghidar dan membelakangi anda saat anda hadir, berarti dia bersiap untuk melarikan diri, atau jika hanya membelakngi saja, berarti dia tidak memperdulikan keberadaan anda.
Jika Kepalanya di gerak-gerakan seolah-olah menanduk angin, sambil menatap ke arah anda, dia sedang mengancam anda, jadi jangan dianggap dia sedang menghormati anda, jika anda memantatinya/membelakanginya, dalam hitungan detik anda akan melayang tinggi ke udara. Karena di seruduk dan di tanduk Sapi.
Merespon Bahasa Tubuh Sapi:
Jika Sapi memberikan gerakan - Bahasa Tubuh yang mengancam. Diam di Tempat, tatap dan pelototin balik dengan penuh wibawa ( Seperti di Film OB saat Boss nya nyuruh Push Up, perhatikan wajah dan tatapan matanya). Namun jika anda berdiri terlalu dekat dengan sapi tersebut, sebaiknya anda mundur perlahan-lahan, jangan berbalik badan atau bergerak dengan cepat karena takut. Sapi akan bereaksi lebih ganas dan garang terhadap gerakan yang cepat dan mendadak, dan pasti akan menyerang yang bergerak tersebut, dalam hal ini tubuh anda yang akan di serang dengan sangat garang dan ganasnya.
Membiasakan diri memegang stick, atau batang kayu/bambu di salah satu tangan anda, akan sangat membantu dalam berkomunikasi dengan Sapi. Batang kayu tidak hanya membuat Sapi menjadi ragu untuk menyerang anda, tapi disisi lain, anda juga akan merasa lebih tenang percaya diri. Kedua kombinasi perasaan ini, dengan sendirinya lebih menguntungkan dominasi anda. (Lain halnya kalau Sapi yg memegang Stick, maka anda yang akan menjadi penurutnya).
Jika ternyata Sapi tersebut tetap menyerang, Berteriak lah dengan nada yang setinggi mungkin. Ingat pendengaran sapi sangat sensitip terhadap nada tinggi, sehingga teriakan tersebut diharapkan dapat membatalkan niat sapi tersebut untuk menyerang anda.
Jika Sapi tetap terus menyerang anda, berarti anda belum mengasai Bahasa Tubuh Sapi, jika anda terluka dan harus dirawat maka anda mendapatkan kesempatan yang sangat baik untuk mengulangi lagi pelajaran ini di mulai dari Psikology Sapi.
Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan saat ber interaksi dengan sapi-sapi anda adalah:
Latihlah mereka, dengan cara yang tidak menakut-nakuti, memaksa, dan menyakiti mereka. Sehingga mereka bisa memahami apa yang anda inginkan dari mereka, dan mereka bisa menerima anda sebagai Boss Sapi di kelompok sapi-sapi anda tersebut.

SAPI PERAH

Sapi perah adalah sapi yang khusus dipelihara untuk diambil susunya. Ada beragam jenis sapi perah unggul yang biasa diternakkan, antara lain sapi shorhorn, friesian holstein, jersey, brown swiss, red danish, dan droughtmaster.

Pemilihan Bibit
Berdasarkan penelitian para pakar, jenis sapi perah yang paling sesuai untuk dibudidayakan di Indonesia adalah friesian holstein (FH). Adapun ciri-ciri sapi FH sebagai berikut.

* Bulu berwarna putih dengan bercak hitam.
* Berat badan sapi betina dewasa mencapai 625 kilogram, sedangkan berat sapi jantan mencapai 900 kilogram.
* Sapi betina berperilaku tenang dan jinak, sedangkan sapi jantan agak mudah marah.
* Jika diternakkan di padang penggembalaan yang baik, grazing ability (daya merumput) sapi FH akan baik juga.
* Sapi FH agak lambat mencapai dewasa kelamin. Jenis sapi ini biasanya dikawainkan pertama kali saat berumur 15 – 18 buan.
* Produksi susu sapi FH relatif lebih tinggi daripada jenis sapi perah yang lain.

Pemberian Pakan
Makanan sapi perah terdiri atas tiga jenis pakan berikut.

* Hijauan berupa rumput-rumputan dan kacang-kacangan. Jenis-jenis rumput yang biasa diberikan pada sapi perah antara lain rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput benggala, rumput lapang, dan rumput BD (Brachiaria decumbens). Adapun jenis kacang-kacangan yang dijadikan pakan sapi adalah lamtoro, turi, dan gamal.
* Konsentrat berupa dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, jagung, dan kedelai.
* Limbah pertanian, seperti jerami padi, batang jagung, batang kedelai, dan sebagainya.

Pakan berupa hijauan diberikan pada siang hari setelah pemerahan sebanyak 30–50 kilogram per ekor tiap hari. Rumusnya, setiap hari, seekor sapi dewasa memerlukan rumput sebanyak 10% bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1 – 2% BB.

Sapi yang sedang menyusui perlu diberi pakan tambahan sebanyak 25% hijauan dan konsentrat. Selain hijauan berupa rumput-rumputan, pakan sapi sebaiknya ditambah dengan kacang-kacangan.

Kebutuhan karbohidrat dapat dipenuhi dengan memberikan dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa. Sapi juga memerlukan mineral sebagai penguat, berupa garam dapur dan kapur.

Konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi dan sore hari sebelum sapi diperah. Banyaknya sekitar 1–2 kilogram per ekor tiap hari.

Sapi juga membutuhkan air minum. Kebutuhan air minum sapi adalah 10% bobot badan per hari.

Pemeliharaan Kandang

Kandang sapi harus dibuat terpisah dari rumah dan berjarak lebih dari 10 meter. Ukuran kandang adalah 1,5 m × 2,5 m per ekor sapi.

Agar sirkulasi udaranya lancar, kandang dibuat agak terbuka. Sebaiknya, tempat makan dan minum sapi dibuat di luar kandang, tetapi tetap terlindung di bawah atap.

Agar pakan sapi tidak terinjak-injak atau tercampur dengan kotoran, tempat pakan dibuat agak lebih tinggi dari permukaan lantai. Sementara itu, tempat air minum dibuat permanen berupa bak semen.

Kandang sapi harus dibersihkan setiap hari. Kotoran sapi sebaiknya ditampung dan ditimbun di tempat lain. Setelah dibiarkan selama sekitar 1–2 minggu, kotoran akan mengalami proses fermentasi dan menjadi pupuk kandang.

Setelah dibersihkan, lantai kandang diberi alas lantai berupa jerami atau sisa-sisa pakan hijauan. Alas lantai tersebut harus dibongkar seminggu sekali.

Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Sapi perah sebaiknya dimandikan dua kali sehari. Sapi dimandikan setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu.

Beberapa penyakit biasa menyerang sapi, antara lain antraks, penyakit mulut dan kaki (PMK), penyakit ngorok (mendengkur) atau penyakit Septichaema epizootica, dan penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot).

Penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah dengan memberikan vaksinasi dan menjaga kebersihan kandang.

Pengelolaan Ternak
Pengelolaan ternak dibedakan berdasarkan umur sapi. Sapi betina berumur 1-2 tahun atau lebih yang belum pernah beranak disebut sapi dara. Sementara sapi yang sudah pernah beranak disebut sapi betina dewasa.

Sapi dara masih dalam masa pertumbuhan. Oleh karena itu, pemeliharaan dan pemberian pakan pada sapi dara harus diperhatikan secara serius.

Sapi betina dewasa sebaiknya diberi latihan gerak jalan. Kebersihan badan dan kesehatan kukunya harus diperhatikan dengan saksama. Peternak harus memberi perhatian lebih pada sapi betina dewasa berkaitan dengan perkembangan reproduksinya, seperti masa birahi, masa perkawinan, kebuntingan, dan beranak.

Panen
Sesuai dengan namanya, hasil utama peternakan sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk sapi betina.

Kotoran sapi perah dapat dijadikan pupuk kandang. Selain itu, sapi perah yang sudah tidak produktif pun memberi hasil lain berupa daging dan kulit.

PENANGNAN PROLAKSUS UTERI

Penanganan Prolapsus Uteri (Broyongen) pada sapi yang melahirkan.
Penanganannya :
a. siapkan air bersih
b. sediakan sekitar 4 buah es batu (biasanya dibungkus plastik @ 1liter)
c. siapkan alkohol
d. siapkan jarum jahit/1 set alat jahit (kalau tidak ada, pake jarum karung dan tali rafia -semuanya dicuci air panas dan direndam dulu dalam alkohol 70%)
e. air bersih
f. cuci alat reproduksi yang keluar dengan air bersih sekalian sisa placenta dan corpus luteum disingkirkan sekalian, lalu perlahan-lahan masukkan seluruh organ reproduksi itu kedalam sampai masuk seluruhnya
g. tekan mult vagina dan masukkan es batu kedalam, untuk membekukan darah
h. jahit luka sobeknya dengan jarum dan tali rafia
i. letakkan sapi pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang
j. usahakan ternak berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar
k. injeksi dengan vitamin A,D,E,K serta prepaat calcium (misalnya Calidex - su ctan sebanyak 25 cc)
l. beri ternak makan dan minum secukupnya
m. setelah 3 - 4 hari biasanya kandungan sudah mulai normal dan jahitan sudah mengering, tali rafia boleh dilepaskan
n. bila sdah sembuh, sebaiknya indukannya dijual saja Pak ... next partus akan seperti itu lagi
o. beri pedetnya susu sambung dari air susu segar/air susu bubuk.